Top Social

Berobat Mata Ke RS JEC Kedoya JakBar

Kamis, 19 Agustus 2021

Berobat Mata Ke RS JEC Kedoya pada Masa PPKM Level 4

Photo by Me

            Jum’at lalu (tanggal 6 Agustus 2021) saya memutuskan untuk mengunjungi Jakarta Eye Center yang ada di Kedoya, Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan mata saya serasa perih sejak jalan pagi pada hari Kamis sebelumnya di komplek DPR Palmerah. Saat sedang menggendong Ayya (anak saya, usia 2 tahun 10 bulan) untuk main perosotan, mata saya serasa disemprot oleh ‘gas asing’, amat perih dan pandangan saya tiba-tiba seperti berwarna oranye (padahal itu pagi hari). Saya mengira bahwa mata saya terkena asap bakaran sampah di samping taman, tetapi rasanya tak mungkin, karena sumber asap cukup jauh. Tak mungkin kalau sampai ke mata saya, lagian memang asapnya tidak sampai ke dalam taman.

            Saya masih berprasangka baik, saya gendong kembali Ayya, lalu saya naikkan lagi ke atas perosotan. Ah.. ternyata perih kembali, seperti ada yang benar-benar menyemprotkan ‘gas asing’,  saya kedip-kedipkan mata. Makin terasa perih. Saya masih pura-pura tak terjadi apa-apa. Saya masih mengajak Ayya bermain sembari sesekali memotretnya. Bermain di taman DPR ini sangat menyenangkan jika dilakukan pada waktu weekday, karena taman DPR akan sepi pengunjung dibandingkan weekend, mengingat saat ini masih masa PPKM Level 4 dikarenakan lonjakan kasus covid 19 di Indonesia.

            Lokasi taman DPR tak jauh dari rumah saya. Taman ini terletak di dalam komplek perumahan DPR RI Palmerah, Jakarta Barat. Tamannya tak terlalu luas, tapi cukup untuk digunakan sebagai sarana olahraga bagi masyarakat sekitar. Di dalam lokasi taman terdapat beberapa tanaman hias yang tertata rapi dan juga beberapa arena bermain anak, salah satu contohnya yakni perosotan. Taman tersebut juga dilengkapi dengan beberapa bangku taman yang dapat digunakan untuk bersantai di pagi hari menghirup udara segar di sekitar taman. Taman ini juga dilengkapi dengan beberapa pepohonan rimbun, sehingga udara sekitar taman amat sejuk. Dan yang lebih menyenangkan lagi, taman ini terbuka untuk umum.

            Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, Abi Ayya mengajak untuk pulang, karena dirasa sudah cukup bermain di sekitaran taman dan kami juga sudah berjalan santai sekitaran kompleks sebelum tiba di taman DPR. Walau tak terlalu berkeringat, tetapi rasanya sudah cukup untuk olahraga ringan pagi ini. Sepanjang perjalanan pulang, saya merasa bahwa mata saya agak sakit, apalagi yang sebelah kanan. Hanya saja pandangan mata saya sudah terang kembali, tidak lagi oranye seperti sebelumnya di taman. Tiba di rumah, sakit mata yang saya rasakan semakin berat. Saya tidak merasa pusing, mata saya juga tak merah, hanya saja saya benar-benar merasakan sakit mata. Namun sakit mata kali ini berbeda, dikarenakan mata sama sekali tak merah dan juga tak bengkak.

 

Kondisi Mata Semakin Sakit

            Saya mengeluhkan hal ini pada Abi Ayya. Ia menyarankan agar saya pergi ke rumah sakit. Tapi saya masih enggan pergi ke Rumah Sakit karena saya cukup khawatir, mengingat saat ini penyebaran covid 19 amat tinggi, terkhusus di DKI Jakarta. Saya mencoba untuk mengurangi melihat layar Hp, saya mencoba untuk banyak istirahat saja pada hari itu.

            Keesokan harinya, mata saya masih saja sakit. Rasanya berat ketika melihat, terkhusus yang sebelah kanan. Saat sujud ketika sholat semakin terasa sakitnya. Saya pun kembali mengeluh pada Abi Ayya, “mata saya sakit, makin sakit sekarang,” ujar saya. Abi Ayya menyuruh saya untuk pergi ke dokter saja, ia menyarankan saya untuk pergi ke Jakarta Eye Center (JEC) Kedoya, Jakarta Barat.

 

Memutuskan untuk ke JEC

            Karena saya sudah tak tahan, akhirnya saya pun memberanikan diri untuk pergi saja ke JEC dengan menggunakan Gocar. Saya tak mau mengendarai motor sendiri ke sana, karena kondisi mata sedang tak baik. Sekitar jam 9.30 wib, saya tiba di Rumah Sakit JEC. Tiba di lobi, saya diminta untuk mengisi semacam aplikasi dari JEC terkait kondisi kesehatan fisik (karena masih dalam masa PPKM).

            Awalnya saya melakukan scan barcode menggunakan HP dan mengarahkan wajah pada layar televisi yang sudah dilengkapi camera pendeteksi suhu (dilakukan secara digital). Setelah suhu badan dinyatakan normal, maka saya diberi stiker hijau (sebagai penanda pengunjung) yang ditempelkan pada bahu dan dipersilahkan untuk masuk.

            Tiba saatnya masuk lobi, saya dibantu petugas untuk melengkapi aplikasi kesehatan terkait kondisi fisik menggunakan handphone. Di sana terdapat beberapa pertanyaan, apakah sedang mengalami demam? Apakah sedang flu? Apakah mengalami flu batuk? Apakah sedang mengalami sakit kepala?, dsb (semua pertanyaan di dalam aplikasi menggunakan bahasa Inggris). Jika kondisi kita dinyatakan sehat setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita dipersilahkan untuk mengambil nomor antrian. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya saya dipersilahkan untuk menuju meja pendaftaran.

Lobi RS JEC KEDOYA Jakarta Barat
Photo by www.jec.co.id

            Suasana di dalam JEC Kedoya sangatlah nyaman. Pengunjung tidak terlalu ramai, pasien RS ini didominasi orang-orang keturunan Cina. Dengan desain interior yang amat modern, kita akan sangat dimanjakan dengan kondisi ruangan yang supernyaman dan bersih. Di sebelah kanan saat masuk akan terlihat semacam mini café yang menjual beberapa pastry dan minuman (mini café di dalam JEC didesain mewah dan amat bersih), selain itu juga dilengkapi dengan kursi-kursi sofa yang nyaman bagi pengunjung yang sedang menunggu antrian. Selain itu JEC juga dilengkapi dengan 1 optik yang berada di samping kiri lobi. Ruangan-ruangan di JEC full AC dan didesain artistik. Dilengkapi juga dengan robot digital berwarna putih yang berkeliling menyampaikan informasi seputar JEC (dengan menggunakan bahasa Inggris).

            Tiba saatnya nomor antrian saya dipanggil. Petugas bagian administrasi pendaftaran sangatlah ramah, dengan menggunakan masker kn95, faceshield serta penutup rambut (medis), mereka melayani dengan sangat profesional. Pertama yang saya lakukan adalah mengeluarkan kartu keanggotaan saya di JEC, setelah itu mengeluarkan kartu asuransi Admedika. Kemudian saya diberi pertanyaan mengenai keluhan mata yang saya rasakan. Petugas pun merekomendasikan beberapa orang dokter spesialis mata yang bisa saya pilih. Ada lebih dari 5 orang dokter yang bisa saya pilih di daftar list dokter Spesialis Mata yang hadir hari itu. Awalnya saya ingin dokter perempuan saja yang memeriksa saya, tetapi karena pasien dokter wanita yang bersangkutan sudah cukup penuh, maka saya memilih dokter spesialis mata yang sekiranya masih sedikit antrian pasiennya.

            Petugas menyarankan untuk memilih dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM (K), dikarenakan antrian pasiennya belum terlalu panjang. Saya pun menyetujui. Setelah urusan administrasi selesai, saya pun dipersilahkan untuk naik ke lantai 3 dan menuju ruangan praktek dr.Setiyo Budi, SpM (K). Saya menuju lantai 3 menggunakan lift, sebelum memasuki lift, saya menggunakan handsanitizer yang terletak di depan lift (hanya cukup mengarahkan tangan saja ke arah handsanitizer, maka cairannya akan otomatis keluar sendiri). Setelah itu saya masuk ke dalam lift dan langsung menuju lantai 3. Di dalam lift pun telah dibuat sedemikian rupa menggunakan tanda di lantai yang menunjukkan tempat berdiri pengunjung agar tidak berdempetan saat berada di dalam lift.

Kondisi di dalam lift
Photo by Me


            Di lantai 3 saya menyerahkan berkas saya ke ruangan pemeriksaan mata sebelum menuju ke praktek dokter. Di sana saya dipersilahkan untuk menuju ruangan observasi terlebih dahulu yang terletak di sebelah ruangan pemeriksaan awal. Di ruang observasi, suhu saya kembali dicek dan tensi darah saya juga diukur secara manual. Setelah dinyatakan normal, maka saya baru boleh memasuki ruangan pemeriksaan awal.

            Di dalam ruangan pemeriksaan awal, saya diberi pertanyaan terkait keluhan apa yang saya rasakan. Saya mengatakan bahwa mata saya seperti ada yang menyemprot dan kemudian terasa sakit terlebih pada bagian sebelah kanan. Saya diminta untuk melepas kaca mata. Dengan menggunakan alat khusus, bagian kanan dan kiri kaca mata saya di scan, dan diketahui berapa minus dan silindris kaca mata saya tersebut.

            Tahap selanjutnya, dilakukan pemeriksaan mata mata untuk mengetahui apakah mata saya minusnya bertambah atau tidak, masih menggunakan alat yang sama. Saya diminta untuk menebak huruf dan angka yang terdapat dalam monitor, (pemeriksaan mata dilakukan secara digital). Penggunaan alat kesehatan  dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan, di mana setelah saya menempelkan dagu, alat tersebut disemprot cairan steril dan kemudian dikeringkan menggunakan tisu terlebih dahulu baru digunakan kembali. Kemudian pemeriksaan selanjutnya adalah mengukur ukuran bola mata, saya kembali diminta untuk meletakkan dagu saya ke alat pemeriksa mata, kemudian saya diberi perigatan bahwa nanti mata saya seperti disemprot sedikit dengan menggunakan angin. Setiap pemeriksaan dilakukan secara digital dan detail.

            Setelah melakukan tahap pemeriksaan awal, saya pun membawa berkas hasil observasi awal yang sudah diprint out ke bagian dokter spesialis. Saya pun dipersilahkan menunggu. Sekitar setengah jam saya menunggu. Ruang tunggu yang didesain nyaman ini juga dilengkapi dengan aquarium yang menarik untuk diperhatikan. Selain itu ruang tunggu juga bersebelahan dengan ruangan Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ).  LEBJ  merupakan yayasan nonprofit  terkait penyediaan, pengambilan dan distribusi jaringan kornea terbaik.

Photo by Me

 Pemeriksaan Mata oleh Dokter

            Tiba giliran saya masuk ke ruangan pemeriksaan. Saya bertemu dengan Dokter Setiyo Budi, dokter paruh baya yang ramah. Pertama saya ditanya mengenai keluhan apa yang saya rasakan. Kemudian mata saya kembali diperiksa dengan menggunakan alat khusus, di mana dagu saya diletakkan pada alat tersebut, sementara mata saya diperiksa dengan menggunakan alat seperti monitor. Hanya dalam hitungan detik hasil diagnose mata saya muncul di layar yang terletak di depan tempat saya diperiksa. Dokter pun menjelaskan masalah yang terjadi pada mata saya. Permasalahan yang saya alami pun segera diketahui.

            Saya mengalami mata kering, yang menyebabkan mata saya perih, seperti ada yang menyemprot dan kemudian sakit. Hal ini diakibatkan karena saya seringkali melihat screen laptop, handphone dan juga seringkali berada di ruangan ber AC. Saya disarankan untuk tidak melihat layar screen terlalu lama dan harus meneteskan obat tetes mata per 3 jam sekali. Kemudian saya juga diberi vitamin mata yang harus saya minum selama 2 bulan. Minus  mata saya pun naik, menjadi minus silindris 1,5 pada mata kanan dan minus 1 pada mata kiri.

            Usai menjelaskan dengan detail. Dokter tersebut bertanya apakah masih ada keluhan atau pertanyaan lain?. Saya pun menjawab tidak ada, karena sudah sangat jelas. “Oke terima kasih Ibu, sampai jumpa kembali,” ucap dokter tersebut sembari memberi salam jarak jauh kepada saya.

Photo by jec.co.id


            Saya dipersilahkan petugas untuk menuju bagian administrasi dan kemudian menuju bagian farmasi. Setelah urusan administrasi selesai, saya pun menuju bagian optik untuk mengambil catatan kondisi mata saya. Saya tidak membeli kaca mata di optik yang disediakan JEC. Terakhir saya megambil fotokopi resep di bagian farmasi. Saya berniat segera pulang ke rumah, karena suami saya akan sholat Jumat di masjid. Nanti usai sholat Jumat, suami saya saja yang akan mengambil resep obat ke RS JEC Kedoya.

 

Informasi lengkap mengenai RS JEC KEDOYA dapat diakses di www.jec.co.id

laman instagram JEC Eye Hospitals & Clinics

 

 

 

 

 

 

 


18 komentar on "Berobat Mata Ke RS JEC Kedoya JakBar"
  1. lingkungan rumah sakitnya bagus yaa, untuk berobat ke RS di masa ppkm ini lebih rumit dari biasanya, dan harus patuh prokes juga...

    BalasHapus
  2. Serba salah ya mau interaksi dg hape dikurangi kan kerjaan banyak dari smartphone juga. Semoga matanya kembali pulih

    BalasHapus
  3. Wah PR banget nih mengurangi screen time biar kesehatan mata juga terjaga. Thankyou Mba remindernya, lekas sembuh yaa mba

    BalasHapus
  4. remainder for me, mesti pakai kaca mata pelindung, sejak pandemi tiap hari pelototi tugas 300an siswa by telegram pribadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha mabok ya Mak... Tapi insyaallah berkah ya. Istirahatkan matanya Mak, biar gak kering juga.

      Hapus
  5. masya allah, andai fasilitas RS merata kayak gini padu nian hehhe

    BalasHapus
  6. Andai semua rumah sakit secakep ini yaakk, duhh nyaman banget pasti..

    BalasHapus
  7. Waah Bagus banget RS nya, fasilitasnya juga the best ini mah

    BalasHapus
  8. RSnyaa keren.. pasti nyaman banget, tpi senyaman2nya RS aku ttp berdoa gk main2 kesana deh...

    Tq banget infonya, jangan keseringan liat hp dan lptop yaaa...

    BalasHapus
  9. Nah, iya Ayu. Terlalu lama terpapar screen bikin mata lelah. Alhamdulillah sengan adanya shalat mengingatkan juga buat stop. Saya kadang, benarn matiin hp biar stop,hahaha

    BalasHapus
  10. Jadi ni pake tetes matanya. Berapa lama kita pakainya. Kalo mata kering ada obat dari dalam lah kayak pil

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo aku per 3 jam Mbk... kalo obat itu cuma vitamin Mbk yg diminum sehari sekali.

      Hapus
  11. Fasilitas dan SDM rumah sakitnya kayaknya top banget yah. Lengkap. Sekarang gimana kondisi matanya mba? Btw, di RS ini bisa pake BPJS ga? 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin bisa Mbk. aku kurang tau... iya Mbk untuk pelayanan oke punya Mbk, nyaman bgt kita dibuatnya.

      Hapus
  12. Pelayanannya bagus ya mbak. Rumah sakitnya juga bagus dan bersih. Rekomended buat yang mau berobat mata nih. Btw, sehat-sehat ya mba. Moga matanya segera pulih. 🤗

    BalasHapus
  13. Penting banget nih ya kak untuk sadar dan peka ama gejala kesehatan yang ada ama diri kita supaya lekas ditangani.

    BalasHapus
  14. Semoga lekas membaik matanya mbk, dengan fasilitas rs begini jadi nyaman ya buat berobat apalagi pelayanan profesional bgt.

    BalasHapus