Photo by Google |
Dalam menjalani kehidupan ini sudah pasti kita akan
menemui beragam perbedaan, baik perbedaan dalam keyakinan, cara pandang maupun
perbedaan dalam menjalani kehidupan. Tentunya dalam hal ini, kita perlu mawas
diri, bahwa setiap perbedaan yang ada adalah sunnatullah dari Allah SWT yang
akan terus ada hingga akhir hayat ini.
Beberapa perbedaan tersebut tentunya akan membawa
warna-warna dalam kehidupan. Ada kalanya, orang banyak yang berkeluh kesah,
mengeluh bahkan cenderung tidak menerima dengan adanya perbedaan tersebut. Tak ayal
banyak terjadi perdebatan berkepanjangan, saling menyalahkan bahkan terjadi
penghakiman yang cenderung tidak adil atas cara pandang memandang perbedaan
yang ada.
Adanya ketidakseimbangan dalam menghadapi perbedaan
inilah yang perlu kita hindari. Hal ini dilakukan agar kehidupan kita akan
tetap seimbang, baik secara jasmani maupun rohani. Agar tidak ada perpecahan
yang kemudian menimbulkan stigma-stigma negatif di dalam kehidupan.
Jika berkaca pada kehidupan era saat ini, kemunculan
stigma negatif akan suatu hal dapat sangat kentara terlihat. Bayangkan saja,
setiap hal kian transparan terlihat, di mana era saat ini kita kenal degan era
digitalisasi, di mana kita bisa menilai seseorang dengan hanya mengikuti setiap
timeline yang ada di media sosialnya.
Kita juga bisa menilai, bagaimana individu tersebut menanggapi setiap perbedaan
yang ada, dengan hanya melihat aktivitas yang sering dilakukannya dengan
fasilitas-fasilitas dunia maya yang tersedia. Toh, secara tidak langsung kita
dapat belajar secara bijak, jikalau apa yang ditanggapi tersebut memuat pesan
positif, kita dapat mendapatkan suatu hal yang membawa kita pada pola pikir
yang positif. Lalu bagaimana jika yang kita dapatkan itu justru sebaliknya? Acapkali
kita senantiasa membaca timeline yang
tentunya selalu membawa kita pada pikiran yang negatif, alih-alih ingin
bertenggang rasa dengan perbedaan yang ada, justru kita malah semakin setuju
akan penciptaan negatif pada suatu kelompok atau suatu hal yang menurut kita
kurang sesuai. Dalam hal ini, tentunya kita dapat menciptakan suatu bentuk gatekeeper tersendiri pada diri kita. Di
mana kita dapat menjadikan stimulus-stimulus di dalam otak kita untuk tidak
serta merta mengikuti dan menyetujui stigma negatif tersebut.
Lalu,
bagaimana cara menanggapi perbedaan yang ada? Baiklah saya akan mencoba sharing tentang pengalaman saya dalam
menanggapi perbedaan yang selama ini saya alami.
1. Selalu
berpikir positif atas perbedaan yang ada
Para pakar ahli
kesehatan dan ahli psikologi, selalu saja menyampaikan pesan kepada para pasien
atau kliennya agar selalu memiliki pikiran yang positif akan beragam hal yang
ada. Oleh karenanya, jika kita menghadapi sebuah perbedaan dalam kehidupan,
kita pun harus berpikiran positif. Lalu, bagaimana jika ada individu atau
sekelompok orang yang senantiasa memaksakan pendapatnya agar kita mau mengikuti
pendapat atau saran mereka tersebut. Nah, lagi-lagi kita harus tetap mawas diri
dan menjadi gatekeeper bagi diri kita
sendiri. Jika menurut kita kurang sesuai saran atau pendapat tersebut, kita
bisa menyampaikan penolakan secara baik-bai, dengan tetap menggunakan kalimat
yang santun. Tidak perlu kita justru saling beradu pendapat, berdebat kusir,
sehingga menjadikan suasana semakin terlihat absurd dan kacau. Tidak perlu
merasa yang paling benar dan banyak ilmu. Karena seorang pribadi yang baik
adalah seseorang yang mampu menahan dirinya ketika tersulut perdebatan. Atas dasar
inilah, kita seharusnya juga dapat mengambil suatu pembelajaran, bahwa kita
tidak boleh memaksakan apa yang kita pahami dan pikirkan kepada orang lain,
sekali pun itu keluarga dekat kita.
2. Pelajari
terlebih dahulu hal yang melatarbelakangi perbedaan tersebut.
Saya pernah
berada dalam kondisi pertemanan yang begitu berbeda dalam memandang kehidupan,
khususnya dalam menanggapi perbedaan cara pandang menjalankan perintah agama. Terkadang
mereka seringkali ekstrim dalam menanggapi perbedaan tersebut. Tentu saja saya
yang notabene kurang menerima
pendapat mereka tersebut sempat ‘merasa panas’ dan rasanya ingin segera pergi
dari pertemanan tersebut. Namun hati kecil saya selalu berkata, ‘Untuk apa
pergi dari mereka? Toh mereka adalah saudaramu, mereka adalah partner hidupmu’. Oleh karenaya, untuk
saat itu dan hingga saat ini, saya akan berusaha diam jika mereka berpendapat
ekstrim akan suatu hal, khususnya dalam hal menjalankan perintah agama. Jikalau
mereka berpendapat di depan saya langsung, maka saya akan menjawab, ‘tolong
jangan bahas tentang bagaimana cara seseorang menjalankan agama, karena itu
sensitif, ada baiknya kita membahas yang lain.’ Jikalau sudah seperti itu jawaban
saya, biasanya mereka mereda sendiri dan kami kembali berdiskusi hal lain yang
lebih luwes untuk didiskusikan. Dan
hingga saat ini, hubungan pertemanan kami masih sangat baik.
Tentunya saya
memaklumi juga apa yang seringkali mereka lontarkan, hal ini dikarenakan saya
juga cukup tahu mereka berasal dari latar belakang keluarga dan budaya yang
bagaimana, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi pola pikir mereka
akan sesuatu.
3. Perbanyaklah
pergaulan dengan siapa pun.
Jika kita
memiliki banyak teman dan cenderung tidak menutup diri, maka kita akan dapat mempelajari
beragam karakter yang dimiliki oleh orang lain. Tentu saja bukan hanya
karakter, tetapi kita juga bisa memahami budaya dan cara pandang mereka. Pengalaman
saya, saya pernah ditemukan dengan dua orang dokter spesialis perempuan yang
memiliki karakter yang cenderung membuat saya terkaget-kaget dengan cara mereka
menghadapi pasien. Dokter pertama cenderung tidak mau banyak ditanya akan
sesuatu hal yang mendetail. Justru dokter tersebut menyatakan bahwa saya yang
harus lebih banyak membaca dan mencari informasi jika ingin lebih banyak tahu. Sontak
saya kaget dan kesal. Namun, ketika saya pikir-pikir ulang ya mungkin memang
sudah karakter Dokter ini seperti ini. Sementara Dokter yang kedua, cenderung
menggunakan bahasa sapaaan ‘Loe-gue-loe gue’ dan cenderung blak-blak’an dan kekeuh mempertahankan pendapatnya.
Sementara saya pun sebenarnya kekeuh juga
menyampaikan riwayat kesehatan saya. Jadi terdapat kesalahan informasi di
lembar pendaftaran tentang riwayat kesehatan saya, sementara sang Dokter kekeuh mempertahankan catatan tersebut. Hingga
akhirnya, di akhir diskusi kami, kesimpulan yang diambil adalah pendapat saya. Tentunya
saya kaget juga diperlakukan seperti itu oleh seorang Dokter, namun lagi-lagi
saya berkata dalam hati, mungkin memang sudah karakter dan pembawaannya seperti
itu. Toh Dokter ini lebih mendetail walau sedikit blak-blakan. Dan tentunya,
ketika kita telah memiliki banyak pergaulan, kita cenderung lebih mudah
memaafkan beragam perbedaan yang ada.
4. Selalu
Ada Hikmah dalam Perbedaan
Apapun yang ada
dan terjadi adalah Qadarullah (ketetapan Allah). Semua yang kita lalui adalah
suatu hal yang sudah ditetapkan dan ada hikmah yang dapat dipetik dari sana. Adanya
beragam polemik yang kita lihat terjadi di negeri ini, yang tentunya salah satu
penyebab kehadirannya karena adanya perbedaan, juga pasti terjadi karena memang
sudah menjadi qadarullah. Nah, tugas kita adalah tetap menjadi bijak dalam
menanggapi setiap hal yang ada. Jangan justru turut memperkeruh suasana dengan
melemparkan pendapat-pendapat negatif atas terjadinya suatu polemik. Ada baiknya
kita melakukan tugas kita dengan baik dan menahan diri untuk tidak memperkeruh
suasana. Akan lebih baik lagi jika kita mampu memberikan solusi dan berperan
aktif untuk menyelesaikan polemik tersebut.
Perbedaan, tentunya
menjadi suatu hal yang indah jika kita mampu menyikapinya dengan baik. Bijak dalam
menjalankan peran, bijak dalam menghadapi setiap hal yang ada. Lalu, untuk apa
mengeluhkan perbedaan yang ada? Untuk apa merasa tidak suka dengan adanya
perbedaan? Okey... mulai sekarang
positiflah dalam menanggapi perbedaan yang ada. 😊😊😊
Meski beda, tp kita ttp Indonesia ya mbx..
BalasHapusGK ad yang sama..bahkan untuk gembar indentik sekali pun..betul dihargai..
BalasHapusKarena berwarna-warni pelangi itu indah bukan 😍
Pelngi itu indah karena berbeda-beda warna.... begitu juga kehidupan sesama nanusia, perbedaan lah yang nenjadikan hidup kita indah...
BalasHapusPerbedaan itu membuat semuanya jadi lebih indah...
BalasHapusPerbedaan bukan berarti penghalang💛 mantep bnget penjelasannya
BalasHapusTerkadang dengan adanya perbedaan malah membuat hubungan emosional kita jadi lebih berharga, karena saling melengkapi,
BalasHapusPelangi itu cantik karena warnanya beda-beda. Dan seharusnya kehidupan juga jadi makin indah karena ada perbedaan di mana-mana ya mbak. Bukan jadi pemecah belah. :’)
BalasHapusBanyak bergaul memang jadi solusi jitu buka pikiran akan perbedaan ya mbak. Kalo biasa ketemu karakter yang bermacam-macam, Insya Allah nggak akan begitu kaget lagi ketika menghadapi perbedaan.
BalasHapusBerbeda beda tetap satu jua itulah kita yaaak
BalasHapusBanyak yg suka nynyir , hate speech hanya karena berbeda dikit
BalasHapusperbedaan harusnya bukanlah masalah ya, perbedaan itu justru membuat hidup lebih indah dan bewarna ^^
BalasHapusHu um, stay positif 💪
BalasHapus