Top Social

Betapa Tiba-Tiba

Kamis, 23 Juli 2020

Kamis, 16 Juli 2020
            Siang hari itu, bersama teman-temanku, aku asyik bertemu via online dengan mereka. Sudah hampir 4 bulan lamanya kami tak bertemu langsung (biasanya kami selalu bertemu satu kali seminggu dalam pengajian rutin), hal ini dikarenakan masa pandemi yang masih saja ada. Kami sibuk bersapa ria dan menyapa satu sama lain. Acapkali kami tertawa, karena ada salah satu teman kami yang menyatakan, “Ibu-Ibu lama tak berjumpa, pipinya makin tembem ya?,” lantas kami pun tertawa bersama. Ya, memang, terlalu lama di rumah membuat angka timbangan makin bergeser ke kanan. Ya habis mau bagaimana lagi, kondisi di rumah menjadikan kami semakin kreatif di dapur, di mana hal ini berimbas pada selera makan yang semakin tinggi.
            Satu teman kami bergabung beberapa saat kemudian, ternyata saat itu ia sedang memasak. “Ibu-Ibu maaf ya, aku memasak sembari videocall, gakpapa kan ya? Soalnya sekalian mau siapin makan siang suamiku,” ucapnya sambil mengaduk-aduk sambal udang yang sedang ada di atas wajan.
        “Iya tidak apa-apa,” ujar kami serentak.
      Terdengar juga suara ia sedang mengobrol dengan seseorang di rumahnya. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak kami mengerti, karena memang temanku ini berasal dari negara Zanzibar (salah satu negara di kawasan benua Afrika), namun ia juga sudah fasih berbahasa Indonesia karena sudah lama tinggal di Indonesia.
pict by merdeka.com

            “Bu Khai, suara speakernya disilent saja Bu, biar gak kedengaran,” ucap salah satu temanku.
            Namun sepertinya temanku ini terus saja sibuk di dapur dan mengobrol dengan lawan bicaranya di rumah. Ketika tiba saatnya ia mengaji (kami mengaji secara bergantian sebelum memulai kajian), ia pun mengaji dan kemudian kembali sibuk. Dan tentunya speaker handphonenya sama sekali tidak disilent sehingga kami bisa mendengar percakapannya.

                                        ***


Senin, 20 Juli 2020
Ba’da Maghrib
            Satu pesan whatsapp masuk di group pertemanan kami.
            “Innalillahi wainna ilaihi roji’uun, telah berpulang ke rahmatullah, suami dari Ibu Khai pada Senin, 20 Juli 2020 jam 5 sore.”
            Ya Allah, aku sontak kaget membaca pesan tersebut. Bukannya baru hari Kamis kemarin aku dan teman-temanku baru mendengarkan bu Khai sibuk menyiapkan makan siang untuk suaminya di dapur?. Ya Allah, betapa tiba-tiba, aku sama sekali tak menyangka.
          Tentunya aku sedih mendengarkan berita tersebut, aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang paling disayangi. Walaupun hingga saat ini aku belum pernah ditinggalkan selamanya oleh orang terdekatku, tetapi aku dapat merasakan bagaimana sedihnya ditinggalkan. Sesaat aku menjadi seperti orang yang benar-benar baper, aku langsung membayangkan wajah suami Ibu Khai yang pernah aku lihat sekilas saat beliau menjemput Ibu Khai saat kami pulang dari pengajian rutin beberapa bulan lalu.
            Saat itu bu Khai bercerita pada kami bahwa ia akan dijemput oleh babang tamvan (sebutan sayangnya) untuk suaminya. Aku sempat mendengar sekilas bu Khai berbicara pada suaminya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ada di atas mobil, bahwa ia ingin membeli bunga sebentar di depan jalan sebelum pulang. Suaminya pun mengiyakan sembari tersenyum dan tetap menunggu di atas mobil. Sempat juga suaminya tersenyum menyapaku yang saat itu sedang menggendong Ayya. Ah… rasa-rasanya semuanya terasa cepat terjadi, betapa tiba-tiba, kini suami ibu Khai telah pergi untuk selama-lamanya.
                                           ***

pict. by pixabay.com

Berusahalah untuk selalu saling menyayangi dan menghargai.
            Jujur perasaan takut kehilangan sudah seringkali membayangi diriku. Apalagi aku juga sempat dibuat baper saat BCL tiba-tiba ditinggal selamanya oleh suaminya beberapa bulan lalu. Betapa tidak, hanya dalam hitungan menit, mereka pun berpisah untuk selamanya. Tentunya merupakan suatu hal yang sama sekali tidak diinginkan. Ketika kita ingin selalu bersama, ketika kita ingin menghadapi kehidupan bersama, justru kenyataan berkata lain, kita harus berpisah dengan orang yang amat kita sayangi untuk selamanya.
            Belum lagi kisah tentang temanku sesama rekan pengajar, yang baru saja menikah dalam hitungan kurang dari setengah tahun, harus ditinggal tiba-tiba selamanya oleh suaminya karena mengalami tekanan darah tinggi. Padahal kami sempat berfoto bersama saat aku melaksanakan resepsi tahun 2018 lalu. Betapa tiba-tibanya, betapa kabar itu membuatku terkejut.
            Namun mau diapa, kesemuanya itu adalah takdirNya, kita hanya bisa menerima, kita hanya bisa menjalani apa yang telah ditakdirkan. Dari kesemua ini, aku kembali menyadari, bahwa kebersamaan yang telah digariskan ini, maka harus benar-benar disyukuri, harus benar-benar dijalani dengan sebaik-baiknya. Kita harus senantiasa saling menyayangi dan menghargai. Sebagai seorang istri tentunya, sudah sewajibnya kita melakukan yang terbaik, memberikan pelayanan yang terbaik.
            Berusahalah untuk tetap tersenyum dan sabar walau hati terkadang getir. Berusahalah untuk memberikan hal terbaik, semisal menjaga rumah agar tetap rapi dan bersih, memasak masakan terbaik dan mengurus anak-anak dengan sebaik mungkin. Selain itu, selalu menjadi pendengar yang baik, saat pasangan kita sedang berbicara, senantiasa mendukung dan mengingatkan dengan baik jika ada hal yang keliru. Tentunya kesemua hal ini bisa diusahakan, bisa untuk dilakukan. Memang tidak menutup kemungkinan, seringkali terdapat juga silang pendapat, terdapat rasa kesal atau marah. Namun, ada baiknya kesal dan marah secukupnya saja, jangan berlebihan dan tetap saling menghargai. Karena kita tak pernah tahu, bisa jadi hari ini adalah hari terakhir kita menjadi suami atau hari terakhir kita menjadi istri.

Berdoalah agar senantiasa diberikan rumah tangga yang berumur panjang dan berkah.
Apapun yang kita jalani, hari ini atau pun keesokan hari, sudah sepatutnya diiringi dengan doa, begitupun dengan segala sesuatu yang kita inginkan. Setiap pasangan yang telah menikah, pasti menginginkan hidup bersama hingga kehidupan senja menyapa. Oleh karenanya, sematkanlah doa tersebut dalam setiap doa kita, karena apapun itu mintalah pada yang Kuasa. Mintalah kehidupan yang berkah dan bermanfaat dan umur yang panjang. Mintalah agar senantiasa merasa bersyukur dari hari ke hari dan bersyukur karena telah diberikan pasangan hidup yang senantiasa menemani.


pict by pixabay.com
Mengapa dalam bagian ini aku menuliskan meminta rumah tangga yang berumur panjang dan berkah? Karena terkadang ada beberapa rumah tangga yang tidak berkah walau berusaha untuk terus bersama. Seringkali suami sudah merasa bosan akan kehadiran istri, atau istri yang seringkali mengeluh karena mengurusi kehidupan rumah tangga secara terus-menerus atau kehidupan rumah tangga yang acapkali berisi pertengkaran di dalamnya. Tentunya hal ini bukanlah hal yang diinginkan. Tentunya hal yang diinginkan adalah saling merasa nyaman dan saling merasa damai. Oleh karenanya, mintalah pada yang Maha Kuasa, mintalah senantiasa diberikan kebersamaan dalam waktu yang panjang dan tentunya senantiasa dalam keberkahan.

                                 ***
Pagi ini cerah, pagi ini udara begitu sejuk.  Semoga suasana pagi yang cerah ini dapat menjadikan kehidupan kita penuh kesyukuran.  Semoga apa yang terjadi pada kita apapun itu takdir yang telah tertulis, dapat kita lalui dengan penuh ketabahan, dengan penuh kesabaran. Semoga, pada kita yang saat ini dikaruniakan kebahagiaan, kita dapat mensyukurinya dengan secukupnya dan juga sebaliknya, pada kita yang sedang dirundung duka, kita mampu untuk menjalaninya dengan penuh penerimaan. Karena apapun yang terjadi di dunia ini, keseluruhannya adalah suatu hal yang yang telah digariskan, suatu hal yang telah ditetapkan.

-....., dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebiji butir pun dalma kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitabyang nyata (Lauh Mahfudz) (Q.S . Al An’am 59)-

                                                                                                Sepotong Hikmah, Jakarta, 2020

5 komentar on "Betapa Tiba-Tiba"
  1. Memang ajal datang tanpa permisi. Semua terjadi tiba-tiba. Sejak suami BCL ninggal dulu, aku malah jadi baper. Apalagi statusku yang baru aja menjadi istri dan sayangnya ke suami itu full. Jadi tak terbayang jadinya jika semua itu menimpaku. Hikss.. Semoga kita semua sehat diberi umur yang panjang dan pernikahan panjang pula yang diberkahi. Aamiinn..

    BalasHapus
  2. Sedih baca ini. Kematian itu memang slalu mendadak ya mba. Apalagi di saat pandemi seperti skr, yg mana terkadang cepeeet banget orang2 di dekat kita lgs pergi menghadap kuasa.

    Mamaku tgl 11 Agustus kmrn baru berpulang, Krn covid ini. Ntahlah darimana mama tertular, Krn slama ini mama ga prnh kluar rumah, dan kami juga nahan diri utk ga mengunjungi mama selama masa psbb. Tapi yg namanya takdir siapa bisa melawan :(.

    Tau2 aja mama drop, dan cepet banget itungannya sampe mama sesak napas dan akhirnya meninggal. Berhubung Krn covid, ga ada 1 pun dari kami yg bisa DTG, membawa jenasah apalagi menguburkan. Semuanya diurus RS.

    Dari situ jujur aku jadi lebih parno dan takut. Apalagi saat di tes swab, suami dan aku positif tp tanpa gejala. Artinya kami hanya perlu 2 Minggu isolasi mandiri dan meningkatkan imunitas badan setiap saat.

    Cuma aku ttp takut terkadang mba, takut kalo tiba2 drop. Aku juga kuatir suami sakit kalo imunnya sampe turun. Memang sih hanya kekuatiran Krn tkut kehilangn. Tapi trkadang yg begitu2 ga bisa ditahan sih. Ttp aja kuatir pasti ada. :(. Sekuat apapun aku berusaha berpikir positif supaya imun tubuh terjaga, tapi tetep kdg kepikiran :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbk... aku jg sbnrnya sedih kalo dgr berita duka yg tiba2 itu dan aku jg rasanya ga siap kalo kejadiannya trjdi sama aku suatu saat. Aku turut berduka cita ya Mbk sebelumnya atas berpulangnya Ibu Mbk, semoga almarhumah ditempatkan di tempat terbaik di sisiNya. aamiin.
      Kita mmg ga bisa ngelawan takdir, kita hanya bisa berdoa, agar dikuatkan atas takdir yg akan/telah menimpa kita.
      salam kenal Mbk Fanny, aku suka baca2 perjalanan travelling Mbk 😊💕

      Hapus