Top Social

Mengenal Politik Populis

Senin, 01 Februari 2021

Populis, satu padanan kata ini bisa jadi belum terlalu familiar di khalayak umum. Jika dibandingkan dengan istilah demokrasi dalam dunia politik, tentunya istilah populis masih kalah pamor. Padahal secara sadar maupun tidak, dalam dunia kepemimpinan politik, istilah ini seringkali digunakan. Strategi populis juga acapkali digunakan untuk meraih dukungan suara dalam pemilihan umum. Lalu, apa itu populis?  

 

Terminologi Populis dan Sejarah Populis.

Istilah populis hadir berdasarkan ideologi populisme yang berarti suatu paham politik kerakyatan; suatu ide dan aktivitas politik yang digunakan untuk memenuhi keinginan rakyat kecil, menyejahterakan rakyat kecil (menengah ke bawah).

Kehadiran populis didasarkan pada sejarah yang berbeda-beda pada setiap belahan dunia. Seperti di Rusia dan Amerika Serikat, gerakan populis hadir berdasarkan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan petani pada pemerintah sebelumnya yang terjadi pada abad ke 19. Sementara, di Amerika Latin dan Eropa, kehadiran populisme berlangsung menjelang abad ke 20, ditandai dengan kehadiran Hugo Chavez di Venezuela dan hadirnya politisi Marine Lepen dari partai Front Nation di Perancis. Khusus di Amerika Latin, kehadiran gerakan populis didasari pada suatu bentuk perlawanan terhadap penindasan neoliberalisme[1], di mana kebijakan neoliberalisme yang dilakukan pemerintahan sebelumnya menyebabkan gejolak sosial yang meresahkan, khususnya bagi kaum buruh.

 

Kehadiran Populis di Amerika Latin

Kehadiran populisme di Amerika Latin cukup fenomenal, hal ini dikarenakan Hugo Chavez yang merupakan anggota militer justru lebih mendukung gejolak perlawanan rakyat untuk melawan pemerintah pada saat itu yang memberlakukan kebijakan neoliberalisme. Chavez membangun gerakan revolusioner yang kemudian dikenal dengan Gerakan Revolusioner Bolivarian, di mana nama gerakan ini terinspirasi oleh gerakan revolusioner yang dilakukan oleh seorang pejuang revolusi Amerika Latin bernama Simon Bolivar yang berhasil mengalahkan Spanyol dan kemudian menjadi tokoh pahlawan pujaan di beberapa negara Amerika Latin, termasuk Venezuela.


Hugo Chavez,salah satu pemimpim dengan gaya populis di Venezuela
Sumber Gambar en.wikipedia.org

Pada gerakan revolusioner tersebut, Chavez berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1998, dan berhasil menduduki jabatan presiden. Dengan membawa kebijakan populis, Chavez berhasil melaksanakan integrasi sosial dan anti imperialisme dalam kehidupan masyarakat Venezuela.

Soyomukti (2007) dalam bukunya yang berjudul Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal menyebutkan beberapa kebijakan Chavez yang banyak diperuntukkan untuk menyejahterakan rakyat kecil, seperti pemberian pinjaman tanpa bunga bagi petani yang tidak memiliki tanah garapan dan kepada kaum perempuan melalui Bank Pembangunan Perempuan. Berdasarkan kebijakan tersebut, ekspor pertanian Venezuela meningkat pada tahun 2004-2005. Selain itu, Chavez juga sangat memperhatikan program peningkatan mutu pendidikan bagi masyarakat kecil dan memberikan jaminan kesehatan bagi warga miskin. Chavez merupakan salah satu pemimpin yang terbukti menggunakan kebijakan populisme hingga akhir jabatannya pada tahun 2013.

 

Kehadiran Populis di Eropa

Sementara itu, di Eropa, khususnya di Perancis, Marine Lepen cukup menjadi sorotan sebagai salah satu tokoh populis, di mana sebagai politisi Marine Lepen menggaungkan gerakan xenophobia[2]. Pada tahun 2014, Lepen yang berasal dari partai Front Nationale berhasil meraih suara terbanyak pada pemilu legislatif di Perancis. Marine mengungkapkan bahwa kemenangannya merupakan suatu bukti bahwa rakyat telah bersuara lantang dan keras, mereka tidak ingin dipimpin lagi oleh para komisioner Uni Eropa dan teknokrat yang tidak melalui tahap pemilihan[3].


Marine Lepen
Sumber Gambar dailymail.co.uk

Kemenangan Marine Lepen menandakan terdapatnya suatu bentuk peralihan yang terjadi pada masyarakat Eropa dalam hal dukungan politik, di mana sebelum kehadiran Marine Lepen masyarakat Eropa cenderung mendukung para politisi-politisi yang membawa kebijakan mainstream.  Swoboda dan Jan Marinus (2008) dalam tulisannya yang berjudul Consolidating New Democracies menerangkan bahwa alasan orang-orang Eropa berpaling dari politik mainstream dan kemudian beralih pada populisme dikarenakan adanya kekhawatiran akan perilaku pemerintahan sebelumnya yang cenderung korup. Swoboda dan Jan Marinus melanjutkan bahwa, para politisi populis di Eropa lebih disukai karena cenderung menawarkan solusi yang realistis bagi beberapa permasalahan yang sedang menimpa masyarakat.

 

Kehadiran Populis di Asia

Untuk wilayah Asia sendiri, kehadiran populisme ditandai dengan kehadiran para pemimpin-pemimpin populis, seperti hadirnya Thaksin Shinawatra di Thailand pada tahun 2001 yang berhasil memenangkan pemilu dan kemudian menduduki jabatan sebagai perdana menteri. Sementara itu, di Filipina, hadir nama Estrada sebagai tokoh pemimpin populis Filipina yang berhasil meraih dukungan massa pada pemilu tahun 1998 dan pada akhirnya berhasil menduduki jabatan sebagai presiden. Sebagai pemimpin yang berlatar belakang seorang aktor (entertainment), Estrada berhasil mendulang dukungan massa dengan menawarkan program penanggulangan kemiskinan di Filipina. Sementara itu, di Korea Selatan hadir tokoh populis, Roh Moo Hyun’s yang berhasil memenangkan pemilu tahun 2002 dengan membawa program memberantas korupsi dan anti Amerika.

Kehadiran beberapa tokoh populis yang menandai kemunculan populisme, menandakan bahwa populisme merupakan suatu bentuk ideologi politik yang cukup diperhitungkan dalam dunia politik, khususnya yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan. Hingga saat ini, gaya kepemimpinan populis masih saja menarik perhatian masyarakat, khususnya ketika berlangsungnya kampanye politik, di mana di dalam masa ini perebutan kekuasaan merupakan suatu agenda yang amat diperhitungkan oleh para politisi yang sedang bertarung.

 

Kehadiran Populis di Indonesia

        Di Indonesia sendiri, untuk gaya kepemimpinan populis sudah seringkali digunakan dari zaman Soeharto, hingga yang paling kentara saat ini adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Bapak Jokowi (terkhusus saat masa kampanye politik berlangsung. Dahulu, Soeharto semasa masa kepemimpinannya seringkali duduk minum teh bersama para petani, mendengarkan 'suara petani' langsung dari sawah, ditambah simbol penggunaan topi petani di pinggir sawah seringkali ditampilkan pada media saat itu. 

Untuk selanjutnya, gaya kepemimpinan populis seringkali dicitrakan oleh Bapak Jokowi, di mana dalam memilih tampilan, beliau seringkali menggunakan tampilan sederhana. 

Jokowi
Sumber Gambar news.detik.com

Belum lagi istilah blusukan yang sangat lekat pada kepemimpinan Jokowi saat awal menginjakkan kaki di dunia politik saat menjabat sebagai walikota Solo tahun 2005, beberapa tahun sebelum kemudian menjadi gubernur Jakarta dan selanjutnya menjadi Presided RI saat ini.



Gaya kepemimpinan populis yang dipahami sebagai gaya kepemimpinan yang dekat dengan rakyat kecil ini banyak digunakan hingga saat ini, baik dalam skala kepemimpinan nasional maupun daerah. Namun tentu saja, kita sama-sama sepakat bahwa gaya kepemimpinan ini seharusnya senantiasa bertahan hingga masa kepemimpinan berlangsung, bukan hanya digunakan saat kampanye politik saja.

 



[1] Neoliberalisme merupakan suatu paham ekonomi, di mana negara meletakkan seluruh keputusan ekonomi pada pasar, contohnya negara tak campur tangan dalam penentuan upah pekerja, diserahkan penuh keputusan kepada pemilik kerja dan pekerja (sumber :cnnindonesia.com)

[2] Suatu gerakan anti terhadap orang asing, yang hadir dari kalangan moderat. Kehadiran gerakan ini ingin mengurangi imigrasi secara besar-besaran.

10 komentar on "Mengenal Politik Populis"
  1. Wah, dapat pengetahuan baru. Sebelumnya ngga tahu tentang politik populis ini...

    BalasHapus
  2. Pemimpin adalah panutan. Kedekatannya dengan rakyat semestinya menjadi energi untuk senantiasa mengeksekusi kebijakan pro rakyat.

    BalasHapus
  3. Dulu pernah belajar dikit tentang politik populis, makasih ya mba udah sharing tentang ini. Jadi kaya mengulang pelajaran zaman sekolah :))

    BalasHapus
  4. Dapat informasi lebih dalam dan detail nih tentang politik populis. Jadi makin melek politik deh.

    BalasHapus
  5. Oh jadi kepemi.pinan pak Jokowi ini manganut pitik populis ya. Aku baru ngeh setelah baca tylisan ini....good info deh

    BalasHapus
  6. Oo jadi itu ya arti populis, baru dapat istilah itu yue hehe
    berharap si merakyat nya pempimpin bukan hanya dari tampilan tapi juga kebijakan

    BalasHapus
  7. Berat ini kajiannya mbak. Hehee.. Aku gak terlalu suka sama politik tapi seru sih ilmu politik.

    BalasHapus
  8. Politik terkadang terkesan menyeramkan. Tapi jika kita benar-benar faham aturan mainnya, ia akan menjadi menyenangkan

    BalasHapus
  9. sekarang uah hampir gak pernah liat pak jokowi blusukan nih, hehehe. ganti gaya apa yah

    BalasHapus
  10. kukira populis iyu ada kaitannya ama populer, hehehe. mirip tapi tenyata beda sekali bedanya yah buk dosen. terima kasih ulasannya

    BalasHapus