Pantai,
memiliki kenangan tersendiri dalam ingatan jika mengingatnya. Pantai, membawa
aroma tersendiri bagiku yang memang hidup berpuluh tahun berdampingan
dengannya. Pantai, membawa nuansa ketenangan jika aku memandangnya.
Pemandangan Di Pantai Mutiara Buton, Sulawesi Tenggara Photo taken By Me |
Impian Akan Buton
Saat aku masih kuliah dulu, aku
memiliki seorang kolega sesama mahasiswa yang berasal dari daerah Buton,
namanya kak Andi. Aku pun penasaran, seperti apa sih daerah Buton itu? Kok kayaknya jauh gitu ya dari Yogya? Pengen deh
sesekali berkunjung juga ke tanah Sulawesi.
Dulu saat masih kuliah di Yogya, saat liburan semesteran, kami semua
masing-masing pulang ke rumah orang tua, aku ke Bengkulu, sementara kak Andi
pulang ke Buton, begitu pun teman-temanku yang lainnya. Saat pulang ke rumah
orang tua, aktivitasku tak banyak, hanya membantu pekerjaan rumah mamaku dan
terkadang aku ke Pantai Panjang (salah satu pantai di Kota Bengkulu) untuk mengobati rasa kangen akan suasana
pantai. Kemudian aktivitas liburanku ya kebanyakan di rumah, begitu-begitu saja,
bangun pagi, beres-beres, bantu masak lalu cuci piring. Repeat… repeat… , sampai nanti akhirnya harus kembali ke Yogya
untuk kuliah lagi.
Aktivitas liburan yang cukup monoton, membuatku mengisi liburan dengan seringkali main sosial media facebook melalui gawai. Melalui FB aku melihat-lihat suasana
liburan teman-temanku yang lain di beberapa wilayah Indonesia.
Ada yang pulang ke Riau, Lamongan, Kalimantan, Makassar, dan wilayah lainnya.
Nah, salah satu yang menarik perhatianku adalah postingan kak Andi bersama teman-temannya yang sedang berlibur
di Pantai Buton. Aku melihat postingan foto Pantai Buton yang sangat bersih
pasirnya, bersih juga suasana pantainya, tak ada sampah terlihat. Belum lagi
air lautnya amat jernih, semacam pantai di sebuah pulau, masih sangat asri dan
nyaman. Aku melihat kak Andi bermain bersama teman-temannya di Pantai Buton
dalam postingan fotonya di FB. Dalam hati aku bergumam, “Kapan ya kira-kira aku
bisa ke Buton juga? Jadi penasaran pengen ke Buton juga. Tapi kan butuh biaya
cukup banyak untuk tiba di sana, hmmmm,” aku hanya bisa bergumam. Mengingat
saat itu statusku hanyalah mahasiswa yang masih mengandalkan uang orang tua.
Tentu saja kuurungkan niatku untuk berwisata jauh-jauh, dikarenakan kemampuan
finansialku sama sekali belum mandiri.
Aku tak tahu pasti, pantai Buton
yang dikunjungi kak Andi beserta teman-temanya itu di mana. Hanya saja ia hanya
menuliskan pantai Buton di unggahannya. Buton ternyata amat luas. Aku pun tak
ingin terlalu kepo dengan kak Andi,
biar saja nanti aku cari tahu sendiri, yang jelas aku ingin sekali ke
Buton, walau hanya dalam hati niat itu kuucapkan.
Aku memang memiliki antusias yang
tinggi akan keindahan-keindahan alam. Aku tentunya tidak hanya maniak pantai,
tapi aku juga menyukai pegunungan dan udara sejuknya. Intinya, aku adalah
orang yang suka berwisata. Tentunya tak hanya ke alam, berwisata budaya dan
religi pun sangat aku sukai. Intinya aku memang orang yang tak betah
berlama-lama di dalam rumah. Paling betah di rumah ya seminggu, itu pun aku
sudah banyak uring-uringan dan harus keluar. Paling tidak untuk masa pandemi seperti
ini, ya keliling-keliling komplek atau pergi ke pasar terdekat saja dulu, karena untuk
berwisata, masih sangat banyak syarat yang harus dipenuhi.
Impian
yang Terjawab
Allah selalu mendengar doa
hamba-hambaNya. Hal itulah yang kuyakini hingga saat ini. Terkadang, aku pun
merasa kalau aku tak terlalu serius berdoa pada Allah akan suatu keinginan, tapi entah mengapa Allah wujudkan doa
itu (sudah sepatutnya aku banyak bersyukur saat ini). Beberapa tahun yang lalu, aku pernah berkata dalam hati, “kapan ya
kira-kira aku bisa ke Buton? Ingin sekali rasanya pergi main ke Pantai Buton
seperti kak Andi.” Doa itu hanya seperti gumaman dalam hati, yang mungkin saja
bagiku itu tak mungkin, karena memang kemampuan finansialku tak akan cukup
untuk pergi ke Buton.
Tapi siapa sangka? Apa yang tak
mungkin bagiku, ternyata justru terjadi. Halinilah yang disebut jika Allah mau, maka apapun bisa terjadi. Apapun pinta kita, baik dalam hati ataupun terucap, insyaAllah semuanya akan Allah wujudkan, semuanya, tinggal
menunggu waktu yang tepat. Qadarullah, setelah 1,5 tahun lulus dari pendidikan
pasca, aku dilamar oleh orang Suawesi dan ternyata kampung halamannya
bersebelahan dengan tanah Buton. Sungguh suatu hal yang di luar nalar (jika dipikirkan saat ini), kenapa
bisa? Kok bisa-bisanya aku yang ingin ke Buton dahulu, malah berjodoh dengan orang yang kampng halamannya bersebelahan dengan Tanah Buton?.
Liburan Idul Fitri dan Rencana Tamasya ke Pantai Mutiara Buton
Saat liburan idul fitri beberapa bulan lalu, kami berlibur ke Kendari dan Pulau Muna (kampung halaman suami). Aku sama sekali tak meminta tamasya yang jauh-jauh (karena masih masa pandemi), hanya saja pintaku saat itu sebelum ke Kendari dan Muna, “aku hanya ingin makan seafood saja nanti kalau sampai Kendari, terus ke Universitas HaluUleo (Kendari) dan berkeliling kota Kendari." Tapi suamiku malah menjawab, “nanti kita ke Pantai Mutiara Buton ya, saat tiba di Muna (pulau kampung halaman suami yang berjarak empat jam dari Kota Kendari),” katanya dengan santainya. “Ah yang benar?, wah… asyik dong,” jawabku saat itu.
Saat beberapa hari kami tiba di Muna, setelah bersilaturahmi dengan sanak keluarga, suamiku benar-benar mengajakkami sekeluarga untuk bertamasya ke Pantai Mutiara, Buton Tengah. Tepat tanggal 30 Mei 2021, hari Minggu pagi, kami sekeluarga pergi bertamasya ke Pantai
Mutiara, Buton Tengah. Walau kondisi kesehatanku sedang tak baik, tapi aku tetap ingin ikut (aku
batuk kering sejak di Jakarta). Menurutku tak apalah aku ikut
jalan-jalan, karena badanku sama sekali tak merasakan demam. Walau seringkali
batuk saat perjalanan, tapi aku bisa menikmati suasana perjalanan menuju pantai Mutiara
Buton.
Perjalanan Ke Pantai Mutiara Buton Tengah
Kami menggunakan dua mobil sewaan untuk tiba ke sana. Memakan waktu 3 jam perjalanan darat, dari kecamatan Barangka (Pulau Muna, Sulawesi Tenggara). Perjalanan darat yang ditempuh cukup menantang, karena jalan aspal yang tidak begitu mulus, ditambah dominasi tanah kapur, yang membuat perjalanan terkadang menjadi berdebu.
Perjalanan Menuju Pantai Mutiara Buton Tengah dari Kecamatan Barangka (Kepulauan Muna) |
Suasana menjadi sangat indah, ketika hampir tiba di objek Wisata Pantai Mutiara Buton. Sebelah kiri, mata kita akan dimanjakan dengan suasana pantai yang amat indah di sepanjang perjalanan, pantainya amat biru dan jernih, sangat berdekatan dengan jalan raya dan pemukiman penduduk. Sementara sebelah kanan jalan, mata akan dimanjakan dengan perkebunan jambu mete yang amat subur, hijau dan rimbun.
Aku
sampai berceloteh pada suami, “Abi, sepertinya bagus juga kalau memiliki tanah
di sini, bangun rumah di sini, nanti bangun pagi, view kita laut Bi, udara
masih sangat segar. Pemandangan pantainya pun indah, jadi serasa liburan setiap
hari. Belum lagi ikan-ikan di sini amat segar. Pati enak kan Bi, punya rumah di
sini.” Suami ku hanya berkata,”Ya, boleh juga.” Tapi aku yakin saja, toh
kata-kata itu adalah doa, insyaAllah nanti akan diijabah, aamiin.
Pantai Mutiara Buton Tengah.
Biaya
masuk Pantai masih sangat terjangkau. 1 orang dikenai biaya sekitar Rp
10.000,- (aku lupa biaya pastinya, yang jelas tk lebih dari itu). Untuk 1 mobil seingatku waktu itu kami membayar Rp. 75.000,- . Kami
memasuki kawan wisata tersebut yang tak begitu ramai, dikarenakan lebaran sudah
berlangsung sejak beberapa minggu sebelumnya (kabarnya saat lebaran tiba, pantai ini banyak dikunjungi wisatawan). Hanya ada dua keluarga besar yang
mengunjungi pantai tersebut saat itu. Saat pertama kali tiba, aku melihat pemandangan
yang masyaAllah sungguh indah. Pantainya jernih, pasirnya putih. Wajar jika
disebut Pantai Mutiara.
Gradasi warna Pemandangan Langit dan Laut yang sangat indah. |
Belum
lagi gradasi langitnya yang amat pas, biru, biru tua dan amat jernih warnanya,
berpadu dengan laut yang berwarna biru tosca dan biru tua, sungguh gradasi yang
amat indah. Ombak pantai pun amat tenang, sehingga aman untuk dipakai mandi
pantai.
Pantai yang Indah Rindu ingin kembali berkunjung Photo Taken by Me |
Karena membawa bekal dari rumah, sebelum bermain di pantai, kami langsung makan siang terlebih dahulu. Ada tempat
penyewaan tikar di sana. Di bawah pohon yang rindang, kami pun makan siang
bersama dimanjakan dengan pemandangan laut yang amat jernih. Usai makan, kami
pun sholat zhuhur di mushola yang tersedia di dalam kawasan wisata Pantai
Mutiara.
Fasilitas berupa Kamar Kecil, Mushola yang tersedia Photo By Travelspromo.com |
Usai
sholat, keluargaku bergegas untuk mandi pantai. Aku dan Ayya hanya memilih
bermain pasir dan berfoto di pinggir pantai. Karena aku sama sekali tak membawa
baju ganti. Saat itu, aku hanya memngingat gumamanku beberapa tahun
yang lalu, ‘kapan ya aku ke Buton juga? Ke pantai Buton juga?’, dan hari itu
benar-benar terwujud.
Sangat recommended menurutku untuk mengunjungi Pantai Mutiara Buton ini. Bahkan jika memiliki banyak waktu kita bisa camping di pantai ini, karena saat akan pulang ke rumah sekitar jam empat sore, aku melihat ada beberapa anak muda yang mendirikan tenda dan mempersiapkan peralatan camping.
Semoga aku nanti bisa mengunjungi keindahan alam Sulawesi yang lainnya, karena
masih banyak pesona pantai di wilayah Sulawesi yang belum kukunjungi.
Bagus banget pantainya, semoga nanti ada kesempatan ke sana...
BalasHapusAlhamdulillah ya kak akhirnya dapat rezeki untuk benar-benar ke pantai buton. Pengalaman berharga banget bisa melihat keindahannya secara langsung.
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak. Doanya kesampaian. Moga doa-doa ku juha di ijabah oleh Allah. Salah satunya keliling Indonesia. Aamiin
BalasHapusMemang mba, kadang sesuatu yg kita niatkan kuat, suatu saat dengan izin Allah bisa aja kejadian. Makanya aku selalu ulang2 dalam hati kalo ada keinginan mau kemana. Supaya jalannya dimudahkan.
BalasHapusAkupun penasaran Ama Buton. Apalagi salah satu blogger yg aku kenal asalnya dari sana. Kalo udah denger kota2 yg Deket laut gini, aku tuh selalu bayangin seafoodnya segaaar :D